Sunday, March 13, 2011

Konflik Batin

Kita sering mendengar istilah tekanan batin, peperangan batin, atau konflik batin? Kita menyebutnya demikian karena dalam isi kepala kita terjadi peperangan antara dua hal yang berbeda. Ketika menghadapi sebuah dilema maka di situlah sering terjadi dengan apa yang disebut konflik batin. Lalu apakah sesungguhnya konflik batin itu? Kalau seseorang sedang mengalami konflik batin sesungguhnya apakah yang sedang terjadi?

Menurut saya batin lebih menyerupai kancah aktivitas pikiran. Pikiran yang begitu banyak dan saling bertentangan adalah penyebab konflik yang sesungguhnya. Ketika pikiran - pikiran yang timbul saling bertentangan maka di situlah akan timbul konflik di dalam batin. Pikiran punya karakteristik yang aneh. Di satu saat pikiran menyebabkan konflik tetapi di  saat lain pikiran mencoba untuk jadi pendamai. Inilah dualisme pikiran yang harus kita pahami cara kerjanya. Kalau pikiran begitu banyak berkeliaran dan tidak terkontrol di dalam kepala kita maka hal ini membuat Anda mengalami kelelahan mental. Dan memang itulah yang terjadi hampir di dalam kepala setiap orang. Karena pikiran-pikiran begitu deras datangnya dan tidak teratur maka batin yang menjadi wadah menjadi ruwet dan kacau sehingga batin tidak mempunyai ruang untuk pengamatan terhadap apa yang sedang terjadi. Inilah yang disebut konflik batin atau peperangan batin.

Begitu banyak pikiran yang timbul dan tidak teratur sehingga di dalam batin tidak tersedia ruang untuk pengamatan terhadap situasi dan kondisi dalam batin itu sendiri. Batin seharusnya punya ruang untuk pengamatan terhadap dirinya sendiri. Tetapi ini jarang terjadi di dalam kepala setiap orang. Pikiran - pikiran yang datang silih berganti menimbulkan kelelahan terhadap fisik dan mental kita. Suatu saat pikiran - pikiran adalah penyebab konflik batin tetapi di saat lain pikiran berubah menjadi pengamat yang akan memahami konflik yang sedang terjadi. Tetapi pikiran yang hakikatnya adalah lampau dan merupakan kenangan semata tidak akan pernah bisa melakukan pengamatan tanpa penghakiman atau penilaian. Pikiran yang hakikatnya terbatas akan selalu menilai sehingga pengamatan yang kita lakukan akan terdistorsi dan tidak murni lagi. 

Lalu bagaimanakah konflik batin ini dapat dihindari atau diatasi? Kebanyakan dari kita menyelesaikan konflik batin dengan cara menentang pikiran yang timbul dengan pikiran lain yang kita kehendaki. Kalau Anda tidak begitu agamis maka Anda akan datang ke psikiater untuk melakukan terapi. Anda akan dianalisa tahap per tahap hingga makan waktu yang cukup lama. Psikiater dan Anda berharap bahwa waktu akan menyelesaikan konflik Anda. Waktu yang saya maksud adalah waktu psikologis. Anda berharap bahwa dalam beberapa hari kenudian konflik akan selesai. Tetapi kenyataannya mungkin Anda masih mengalami konflik batin.

Atau kalau Anda orang beragama maka Anda akan mengatasi konflik batin Anda dengan doa, mantra, ayat -ayat kitab suci untuk menenangkan batin Anda. Menurut saya hakikatnya doa, mantra, atau pun ayat-ayat kitab suci adalah perwujudan pikiran juga. Mereka hanya medium bagi pikiran untuk meng-aktualisasi-kan dirinya. Inilah yang saya sebut menenangkan pikiran dengan pikiran juga. 

Sesungguhnya ada cara lain untuk mengatasi konflik batin. Yaitu dengan memahami cara kerja pikiran itu sendiri. Mengamati pikiran mungkin hal yang tidak biasa bagi kita. Mengamati saat pikiran itu timbul setelah kita melihat, mendengar, mencium, dan menyentuh sesuatu. Pikiran yang merupakan hasil kenangan akan timbul ketika indra kita bersentuhan dengan sesuatu. Cobalah amati pikiran itu ketika dia timbul lalu berkembang sampai dia lenyap dengan sendirinya. Dalam pengamatan ini Anda tidak perlu menilai atau menyatakan pendapat apakah ini pikiran baik atau buruk. Tugas Anda hanya mengamati pikiran yang timbul lalu berkembang hingga pikiran itu akhirnya lenyap dengan sendirinya.

Jika pengamatan Anda tidak komplit maka pikiran ini bisa muncul kembali setiap saat baik ketika Anda sedang dalam keadaan sadar ataupun tidur. Hal inilah yang menyebabkan  kita bermimpi. Sekarang kita paham penyebab sebagian besar orang selalu bermimpi. Sehingga menyebabkan tidak nyenyaknya tidur kita.  Jumlah jam tidur kita cukup banyak tetapi kualitas tidur kita sangat rendah. Hal ini disebabkan banyaknya pikiran yang timbul lalu berkembang tetapi tidak pernah selesai.

Jadi konflik batin adalah konflik antara pikiran-pikiran yang mengalir sedemikian derasnya di dalam kepala kita. Jika tidak tersedia ruang di dalam batin maka hidup yang sangat indah ini menjadi sia -sia. Jika sepanjang hidup Anda selalu berada dalam konflik batin maka Anda tidak akan pernah mengalami hidup yang sesungguhnya. Hidup yang indah sedang mengelilingi Anda. Kecantikan dan kemolekan bumi serta alam sekitarnya akan melewati Anda. Selain itu Anda tidak akan pernah mengalami dengan apa yang disebut cinta dan kasihsayang.