Sunday, February 27, 2011

Samakah revolusi fisik dengan revolusi batin?

Tentu Anda masih ingat tentang dua revolusi yang baru saja terjadi. Yaitu revolusi di negara Tunisia dan yang kedua adalah revolusi di Mesir. Yang kedua disebut dengan revolusi Nil. Tujuan kedua revolusi sama yaitu ingin menurunkan pemimpin yang berkuasa saat itu. Revolusi terjadi jika keadaan suatu negara sudah tidak kondusif lagi dalam bidang kehidupan. Ketika terjadi penyimpangan baik dalam bidang politik, ekonomi dan sosial maka di situ akan tumbuh rasa tidak puas terhadap situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Itulah yang terjadi pada kedua negara tersebut.

Namun setelah revolusi di atas usai maka banyak pekerjaan rumah dari kedua negara di atas. Ada 2 kemungkinan yang akan terjadi setelah revolusi. Bisa sukses atau gagal. Kedua kemungkinan itu selalu bisa saja terjadi. Itulah karakter dari sebuah revolusi fisik. Katakanlah saya menyebutnya seperti itu. Sudah banyak revolusi yang terjadi di muka bumi ini. Namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan dan keinginan manusia. Ada revolusi Prancis, revolusi Amerika, revolusi Iran dan banyak lagi.

Tetapi hasil dari revolusi fisik tetap saja membuat manusia merasa tidak puas dengan kehidupannya. Mungkin rasa gembira tak terkirakan terjadi ketika revolusi itu telah mencapai tujuannya. Namun rasa gembira yang sesaat itu hanya berlangsung beberapa hari.  Tidak beda jauh dengan euphoria para supporter bola ketika tim kesayangannya memenangkan pertandingan atau menjadi juara.

Revolusi fisik tanpa dibarengi dengan perubahan di dalam diri kita pada dasarnya sia-sia. Sudah ribuan revolusi fisik yang terjadi di muka bumi ini. Tapi lihatlah hasil dan kenyataannya sampai sekarang. Manusia makin keras baik terhadap dirinya sendiri, sesamanya maupun dengan lingkungan sekitarnya. Manusia yang selalu menganggap dirinya makhluk paling mulia di hadapan Pencipta kini makin suka mengumbar kekerasan. Terlalu banyak kekerasan manusia yang tidak mungkin saya sebutkan di dalam postingan ini. Tetapi yang sangat memprihatinkan adalah bahwa manusia sedang menggali kuburannya sendiri. Hal ini terlihat dengan rusaknya bumi dan alam seisinya dengan segala aktivitas manusia yang di luar kendali.

Silahkan kunjungi blog saya yang membahas tentang kerusakan bumi dan efek-efeknya.

Jadi jelas bahwa revolusi fisik yang kita lakukan selama ini sebenarnya tidak membawa kita ke mana - mana. Dari jutaan tahun yang lalu kita tetaplah manusia yang keras. Ribuan peperangan dan revolusi telah menghiasi muka bumi ini tetapi kita tetaplah manusia yang sama. Bahkan lebih keras daripada yang dahulu. Kenapa kita makin keras? 

Lalu bagaimanakah dengan revolusi batin atau revolusi yang terjadi di dalam diri kita sendiri? Kenapa kita selalu ingin mengubah apa yang ada di luar diri daripada mengubah cara pandang kita terhadap segala sesuatu di luar diri kita? Bukankah ini yang sering kita lakukan dalam kehidupan sehari - hari kita? Kita ingin agar suami, istri, anak, teman, saudara dan tetangga kita bersikap dan bertindak sesuai dengan keinginan kita. Jarang orang mau menerima apa adanya orang lain terutama yang dekat secara emosional seperti istri, suami, anak atau kekasih kita. Langkah awal untuk memulai revolusi batin adalah kemampuan untuk menerima orang lain apa adanya mereka.

Andaikata dalam diri setiap orang terjadi perubahan cara pandang atau revolusi batin mungkin revolusi fisik tidak perlu terjadi. Perlu kita ketahui bahwa apa yang terjadi di luar adalah hasil proyeksi dari apa yang terjadi di dalam. 

Coba anda lihat sekeliling anda selama 5 menit. Lihat saja. perhatikan hal - hal di sekitar anda. Kemudian pejamkan mata Anda. Maka Anda akan lihat bahwa hal - hal yang Anda lihat tadi sekarang silih berganti muncul dalam benak Anda. Eksperimen sederhana ini menunjukkan bahwa hal - hal yang kita serap dari sejak lahir hingga hari ini yang telah membentuk kita selama ini. Hal - hal yang kita serap itu merupakan pengkondisian kita. Kita telah terkondisi sejak kita lahir. Bahkan ribuan tahun yang lalu kita telah terkondisi oleh warisan budaya, rasial, keagamaan, suku bangsa, adat istiadat dan sebagainya. Juga kita terkondisi oleh peristiwa yang kemarin. Ribuan tahun atau baru kemarin hal ini tidak ada bedanya.

Dapatkah Anda melihat keterkondisian Anda? Atau pertanyaannya sadarkah bahwa Anda terkondisi?  Sebagian besar orang tidak menyadari bahwa dirinya terkondisi. Bukan salah Anda kalau Anda tidak menyadari bahwa Anda terkondisi. Karena mungkin kakek nenek moyang Anda juga tidak menyadari bahwa mereka juga terkondisi.  Bagaimana mungkin orang yang tidak sadar terkondisi memberitahu bahwa orang lain terkondisi? Di sinilah susahnya mengawali proses revolusi batin. Perlu ada penglihatan yang jernih untuk memulai. Semacam 'klik' pada suatu saat. Tiba - tiba Anda merasa bosan dengan hidup yang ini - ini juga. Anda merasa tidak puas tanpa sebab. Anda tidak tahu dari mana asal rasa tidak puas itu. Tiba-tiba Anda melihat bahwa hal - hal yang dilakukan orang di dunia ini sia - sia. Persaingan baik yang disebut sehat atau tidak sehat Anda akan melihat bahwa hal itu sia - sia belaka. Anda akan melihat bahwa kesadaran manusia di dunia adalah satu adanya. Pernahkah Anda merasakan hal - hal di atas? Revolusi batin tidak bisa kita undang untuk datang. Tidak bisa dipaksa untuk muncul. Perlu suatu kejernihan penglihatan tanpa bias apapun.

Saya rasa cukup sekian pengenalan awal tentang  revolusi batin. Berikutnya saya akan berbicara tentang hal - hal yang berhubungan langsung dengan revolusi batin. Karena revolusi batin mencakup seluruh aspek dalam kehidupan kita dan lingkungan kita dari masyarakat sampai negara dan dunia. Kita akan membahas satu per satu.

No comments:

Post a Comment